TERJEMAHAN ICD 10 VOLUME 1
BAB V
Kelainan Jiwa dan Tingkah laku (F00-F99)
Blok-blok di dalam bab ini:
F00-F09 Kelainan jiwa organik, termasuk yang hanya
berupa gejala
F10-F19 Kelainan
jiwa dan tingkah laku akibat penggunaan zat psikoaktif
F20-F29 Schizophrenia,
schizotype dan waham (delusion)
F30-F39 Kelainan
alam perasaan (mood/affective]
F40-F48 Kelainan
neurotik, berhubungan dengan stress-dan somatoformis.
F50-F59 Sindroma
tingkah laku akibat kekacauan fisiologis dan faktor fisik
F60-F69 Kelainan kepribadian dan tingkah laku pada
orang dewasa.
F70-F79 Retardasi
mental
F80-F89 Kelainan
perkembangan psikologis
F90-F98 Kelainan tingkah laku dan emosi yang biasa
mulai pada masa anak dan remaja
F99 Kelainan
mental yang tidak dijelaskan
Kategori asterisk untuk bab ini:
F00* Dementia yang timbul pada penyakit
Alzheimer
F02* Dementia yang timbul pada penyakit lain
yang klasifikasinya di tempat lain
F00-F09: Kelainan jiwa organik, termasuk hanya gejala
Blok ini berisi
kelompok kelainan jiwa akibat penyakit otak, kerusakan otak, atau keadaan lain
yang merusak fungsi otak. Kerusakan fungsi ini bisa primer atau sekunder.
Kelainan primer disebabkan oleh keadaan yang secara langsung dan selektif
mengganggu otak; sedangkan kelainan sekunder adalah pada penyakit yang melibatkan
otak sebagai salah satu dari berbagai sistem atau organ tubuh yang diserangnya.
Dementia (F00-F03)
adalah sindroma kekacauan fungsi tinggi korteks seperti daya ingat, belajar,
berpikir, orientasi, memahami, menghitung, dan memutuskan. Kesadaran tidak
terganggu. Biasanya terdapat kerusakan fungsi kognitif (pengenalan), yang
kadang-kadang didahului oleh memburuknya kontrol emosi, tingkah-laku sosial,
atau motivasi. Sindroma ini terjadi pada (1) penyakit Alzheimer, yaitu penyakit
degenerasi primer otak yang penyebabnya tidak jelas; (2) penyakit pembuluh
darah otak yang menimbulkan infark otak, dan (3) keadaan lain yang mengganggu
otak.
F00* Dementia pada penyakit Alzheimer (G30.-†)
F00.0* onset dini (G30.0†) – usia <65 tahun
F00.1* onset lanjut (G30.1†) – 65 tahun atau lebih
F00.2* tidak jelas atau campuran (G30.8†)
F00.9* tidak dijelaskan (G30.9†)
F01 Dementia vaskuler
F01.0 dengan onset yang akut
F01.1 dengan banyak infark
F01.2 pada subkorteks
F01.3 campuran korteks dan subkorteks
F01.8 jenis lain
F01.9 tidak dijelaskan
F02* Dementia pada penyakit yang klasifikasinya di bagian lain
F02.0* pada penyakit Pick (G31.0†)
F02.1* pada penyakit Creutzfeldt-Jakob (A81.0†)
F02.2* pada penyakit Huntington (G10†)
F02.3* pada penyakit Parkinson (G20†)
F02.4* pada penyakit human immunodeficiency virus
[HIV] (B22.0†)
F02.8* pada penyakit lain yang klasifikasinya di
tempat lain
F03 Dementia yang tidak dijelaskan
Excludes: dementia senilis (tua) dengan delirium
atau kebingungan akut (F05.1)
senility NOS (R54)
senility NOS (R54)
F04 Amnesia organik, bukan akibat alkohol atau zat psikoaktif lain
Amnesia adalah
kegagalan ingatan baru dan lama, tapi ingatan terbaru masih ada. Kesanggupan
belajar menurun dan orientasi waktu terganggu.
Includes: Psikosis atau sindroma Korsakov, non-alkoholik
F05 Delirium, bukan akibat alkohol atau zat psikoaktif lain
Sindroma otak
organik yang khas dengan kacaunya kesadaran, perhatian, persepsi, pikiran,
ingatan, sikap motorik, emosi, dan jadwal tidur. Lamanya dan tingkatnya
bervariasi.
Includes: sindroma otak, bingung (nonalcoholic),
psikosis akibat infeksi, reaksi organik, sindroma psiko-organik akut atau
subakut
F05.0 tidak menyertai dementia
F05.1 menyertai dementia
F05.8 jenis lain
F05.9 tidak dijelaskan
F06 Kelainan jiwa lain akibat kerusakan otak atau penyakit badan
Disni termasuk
kondisi minor yang berhubungan dengan kelainan otak, baik penyakit otak primer,
penyakit sistemik, zat-zat eksogen, kelainan endokrin, atau penyakit badan
lain.
F06.0 halusinosis organik – diikuti banyak
halusinasi
F06.1 kelainan katatonik organik – aktifitas
psikomotor terganggu
F06.2 kelainan waham organik
F06.3 kelainan alam perasaan organik
F06.4 kelainan anxiety organik – banyak kecemasan
atau panik
F06.5 kelainan disosiasi organik – integrasi
memori, identitas, dan gerakan putus
F06.6 kelainan emosi labil [asthenic] organik
F06.7 kelainan kognitif ringan
F06.8 kelainan jiwa lain akibat kerusakan otak atau
penyakit badan, jenis lainnya
F06.9 kelainan jiwa lain akibat kerusakan otak atau
penyakit badan, yang tidak dijelaskan
F07 Kelainan kepribadian dan tingkah-laku akibat kerusakan otak
F07.0 kelainan kepribadian organik
F07.1 sindroma pasca ensefalitis
F07.2 sindroma pasca-konkusio
F07.8 jenis lain
F07.9 tidak dijelaskan.
F09 Kelainan jiwa organik atau simptomatik, tidak dijelaskan.
F10-F19: Kelainan jiwa akibat penggunaan zat
psikoaktif
Blok ini berisi
kelainan akibat penggunaan zat psikoaktif, baik melalui resep dokter atau
tidak. Karakter ketiga pada kode menunjukkan jenis zat, dan karakter keempat
menunjukkan keadaan klinis. Kode ini hendaknya digunakan untuk setiap zat yang
diduga, namun harus diperhatikan bahwa tidak semua kode karakter keempat ini
bisa digunakan pada semua zat. Subdivisi karakter keempat berikut digunakan
untuk kategori F10-F19:
.0 Intoksikasi akut
Kondisi setelah
pemberian zat psikoaktif yang menyebabkan kekacauan tingkat kesadaran, kognisi,
persepsi, alam perasaan atau tingkah-laku, atau fungsi dan respons
psiko-fisiologis lain. Kekacauan berbanding lurus dengan efek farmakologis dan
berkurang menurut waktu. Kesembuhan sempurna, kecuali kalau kerusakan jaringan
atau komplikasi lain telah terjadi. Komplikasi bisa berupa trauma, inhalasi
vomitus, delirium, koma, kejang, dan lain-lain. Sifat komplikasi tergantung
pada jenis farmakologis dan cara pemberian zat tersebut. Contohnya adalah mabuk
alkohol akut, "bad trips" (drugs), mabuk NOS, intoksikasi patologis,
‘kesurupan' dan ‘kemasukan’ pada waktu intoksikasi zat psikoaktif
.1 Penggunaan yang berbahaya
Sebuah pola
penggunaan zat psikoaktif yang merusak kesehatan. Kerusakan bisa berupa fisik
(seperti hepatitis akibat penyuntikan zat psikoaktif) atau mental (misalnya
episode depresi setelah meminum alkohol dalam jumlah besar).
.2 Sindroma ketergantungan
Campuran fenomena
tingkah-laku, kognitif, dan fisiologis yang muncul setelah pemakaian berulang,
Sindroma ini khas dengan adanya dorongan untuk menggunakan zat tersebut, sulit
mengontrol penggunaannya, tetap menggunakan walau mengetahui akibat yang
berbahaya, prioritas untuk menggunakan zat lebih besar dibandingkan dengan
kegiatan dan kewajiban lain, naiknya toleransi terhadap zat, dan kadang-kadang
gejala fisik akibat putus zat. Sindroma ini bisa terjadi pada zat psikoaktif
tertentu (tembakau, alkohol, atau diazepam), satu kelompok obat (opioid), atau
berbagai jenis zat psikoaktif yang secara farmakologis berbeda.
.3 Keadaan putus obat
Kelompok gejala yang
terjadi akibat penarikan zat psikoaktif setelah penggunaan yang menetap. Onset
dan arah perjalanan gejala ini terbatas dan tergantung pada zat psikoaktif dan
dosis yang digunakan sebelum penggunaannya dihentikan atau dikurangi. Keadaan ini bisa diperberat oleh
kejang-kejang.
.4 Keadaan putus obat dengan delirium
Keadaan putus obat
yang diikuti oleh delirium (F05.-). Kejang juga bisa timbul. Kalau penyebabnya
diduga faktor organik, maka harus diklasifikasikan pada F05.8. Contohnya
delirium tremens (diinduksi alkohol)
.5 Kelainan psikosis
Sekelompok fenomena
psikosis yang terjadi selama atau sesudah penggunaan zat psikoaktif tapi tidak
bisa dijelaskan berdasarkan intoksikasi akut saja dan tidak merupakan bentuk
keadaan putus obat. Kelainan ini khas dengan halusinasi (biasanya auditorius,
tapi sering lebih dari satu jenis sensoris), distorsi persepsi, waham (sering
bersifat paranoid atau curiga), kekacauan psikomotor (excitement atau stupor),
dan alam perasaan abnormal yang bisa berkisar dari sangat takut atau sangat
senang. Sensoris biasanya jernih, namun bisa terjadi penurunan kesadaran walau
pun tidak berat.
Contohnya adalah
halusinosis, cemburu, paranoia dan psikosis akibat alkohol
.6 Sindroma amnesia
Sebuah gejala dengan
kerusakan pada ingatan baru dan lama. Ingatan terbaru masih utuh, sedangkan
ingatan baru lebih terganggu daripada ingatan lama. Kekacauan sensasi waktu dan urutan kejadian biasanya
terdapat, di samping kesulitan mempelajari hal baru. Konfabulasi bisa sangat
menonjol walaupun tidak selalu ada. Fungsi kognitif lain biasanya baik dan
kerusakan amnesia tidak berimbang dengan kekacauan lain. Misalnya kelainan
amnesia akibat alkohol atau obat, dan
psikosis/sindroma Korsakov akibat alkohol atau zat psikoaktif lain, atau tidak
dijelaskan
.7 Kelainan psikotik sisa (residual) dan
mulainya terlambat (late-onset)
Perubahan kognisi,
alam perasaan, kepribadian, atau tingkah laku akibat alkohol atau zat
psikoaktif berlangsung lebih lama daripada mestinya. Awal terjadinya kelainan
harus sesuai dengan penggunaan zat psikoaktif. Kalau kelainan terjadi setelah
episode penggunaan zat, kelainan tersebut dikode kalau jelas merupakan efek
sisa zat tersebut.
.8 Kelainan jiwa dan tingkah laku lainnya
.9 Kelainan jiwa dan tingkah laku yang tidak
dijelaskan
F10.- akibat penggunaan alkohol
F11.- akibat penggunaan opioids
F12.- akibat penggunaan kannabinoids
F13.- akibat penggunaan sedatif atau hipnotik
F14.- akibat penggunaan kokain
F15.- akibat
penggunaan stimulants lain, termasuk caffeine
F16.- akibat penggunaan hallusinogens
F17.- akibat penggunaan tembakau
F18.- akibat penggunaan pelarut mudah menguap
F19.- akibat penggunaan banyak obat dan penggunaan zat psikoaktif lain
Kategori ini
digunakan kalau dua atau lebih zat psikoaktif, tapi tidak mungkin diketahui
mana yang lebih berpengaruh. Ia juga digunakan kalau identitas zat psikoaktif
yang digunakan tidak jelas atau tidak diketahui, karena banyak pengguna obat
ganda sendiri tidak mengetahui detil zat yang mereka gunakan.
Includes: penggunaan obat secara salah NOS
F20-F29: Schizophrenia, schizotype dan waham
Blok ini menyatukan
skhizofrenia, kelainan skhizotipe, waham persisten, dan kelainan psikotik akut
dan sementara. Kelainan skhizoaktif masih masuk ke dalam kategori ini walau pun
statusnya masih diperdebatkan.
F20 Schizophrenia
Kelainan skizofrenik
pada umumnya khas dengan distorsi pikiran dan persepsi, dan alam perasaan yang
tidak sesuai atau tumpul. Kesadaran dan kapasitas intelektual biasanya baik
walau pun defisit kognitif tertentu bisa muncul bersama waktu. Fenomena
psikopatologis yang paling penting adalah thought echo (pikiran
berulang-ulang); thought insertion or withdrawal (penyisipan atau
pembuangan bagian pikiran); thought broadcasting (menyampaikan
kemana-mana pikirannya); persepsi waham dan waham kuasa; suka mempengaruhi atau
pasif sama sekali; suara halusinasi yang mengomentari atau membicarakan pasien;
kelainan pikiran dan gejala-gejala negatif.
Perjalanan
skizofrenia bisa terus menerus, sewaktu-waktu dengan defisit yang progresif
atau stabil, atau satu-episode atau lebih dengan remisi yang komplit atau tidak
komplit. Diagnosis skizofrenia dihindarkan kalau ada gejala depresi atau manik
yang luas, kecuali kalau skizofrenia muncul lebih dulu. Juga skizofrenia tidak
didiagnosa kalau ada penyakit otak organik atau ketika keracunan atau putus
obat.
F20.0 Skizofrenia paranoid - curiga
F20.1 Skizofrenia hebefrenik – alam perasaan
F20.2 Skizofrenia katatonik – psikomotor:
hiperkinensis atau stupor
F20.3 Skizofrenia ‘undifferentiated’ – gejala di
atas tidak tegas
F20.4 Depresi pasca skizofrenia – tekanan perasaan
F20.5 Skizofrenia residual – kronis, gejala sisa
F20.6 Skizofrenia simplex – ringan tapi progresif
F20.8 Skizofrenia lain
F20.9 Skizofrenia, tidak dijelaskan
F21 Kelainan schizotype
Kelainan yang khas
dengan tingkah laku eksentrik dan alam perasaan yang mirip skizofrenia, walau
pun tidak terdapat kelainan yang merupakan ciri-ciri skizofrenia.. Tidak jelas
saat mulai dan evolusinya, arah penyakit biasanya kelainan kepribadian.
F22 Kelainan waham persisten
Mencakup berbagai
kelainan dengan waham jangka panjang merupakan gejala utama, namun tidak bisa
diklasifikasikan sebagai organik, skizofrenik, atau afektif.
F22.0 Kelainan waham – waham tunggal atau kelompok
waham yang berhubungan
F22.8 Kelainan waham persisten lainnya
F22.9 Kelainan waham persisten, tidak dijelaskan
F23 Kelainan psikotik akut dan sementara
Kelainan dengan
onset akut gejala psikotik (waham, halusinasi, dan kekacauan persepsi), dan
terhentinya tingkah laku yang biasa. Onset akut adalah perkembangan gambaran
klinis dalam dua minggu atau kurang.
F23.0 Kelainan psikotis polimorf akut tanpa gejala
skizofrenia
F23.1 Kelainan psikotik polimorf akut dengan gejala
skizofrenia
F23.2 Kelainan psikotik akut mirip-skizofrenia.
F23.3 Kelainan psikotik akut lain dengan waham
sebagai gejala utama.
F23.8 Kelainan psikotik akut dan sementara lain
F23.9 Kelainan psikotik akut dan sementara lain,
tidak dijelaskan
F24 Kelainan waham induksi
Kelainan waham yang
dirasakan oleh dua orang atau lebih dengan hubungan emosi yang erat. Hanya
seorang yang benar-benar menderita psikotik, waham terinduksi ke orang lain dan
biasanya hilang setelah mereka dipisahkan.
F25 Kelainan skizo-afektif
Kelainan yang muncul
sewaktu-waktu dengan gejala afektif dan skizofrenia, tapi tidak memenuhi syarat
diagnosis skizofrenia atau episode depresi atau manik.
F25.0 Kelainan skizoafektif, tipe manik
F25.1 Kelainan skizoafektif, tipe depresif
F25.2 Kelainan skizoafektif, tipe campuran
F25.8 Kelainan skizoafektif lain
F25.9 Kelainan skizoafektif, tidak dijelaskan
F28 Kelainan psikotik non-organik lain
Kelainan waham atau
halusinasi, tapi tidak cukup untuk diagnosis skizofrenia (F20.-), kelainan
waham persisten (F22.-), kelainan psikotik akut dan sementara (F23.-), episode
manik jenis psikotik (F30.2), atau episode depresi berat (F32.3).
F29 Psikosis non-organik yang tidak dijelaskan
F30-F39: Kelainan alam perasaan (afektif/mood)
Blok ini berisi
kelainan dengan perubahan alam perasaan menjadi tertekan (dengan atau tanpa
kecemasan yang terkait) atau menjadi sangat bebas. Perubahan mood biasanya
diikuti oleh perubahan level aktifitas menyeluruh, hampir semua gejala lain
bisa merupakan gejala sekunder dari, atau mudah dipahami dari bentuk perubahan
mood dan aktifitas. Hampir semua kelainan ini cenderung berulang dan titik
mulainya episode tersendiri sering berhubungkan dengan kejadian atau situasi
yang membuat stress.
F30 Episode mania
Semua subdivisi pada
kategori ini digunakan hanya untuk satu episode. Episode hipomanik atau manik
pada seseorang yang memiliki episode afektif sebelumnya (depresif, hipomanik,
manik, atau campuran) harus dikode sebagai kelainan afektif bipolar (F31.-).
Includes: kelainan bipolar, episode manik tunggal
F30.0 Hypomania
F30.1 Mania tanpa gejala psikotik
F30.2 Mania dengan gejala psikotik
F30.8 Episode mania lain
F30.9 Episode mania, tidak dijelaskan
F31 Kelainan afektif bipolar
Khas dengan dua atau
lebih episode gangguan mood dan aktifitas, gangguan ini pada suatu ketika
berupa meningginya mood dan peningkatan aktifitas (hipomania atau mania), dan
pada kesempatan lain berupa merendahnya mood dan penurunan aktifitas (depresi).
Disini termasuk
penyakit, psikosis, atau reaksi “manik-depresi”
F31.0 episode sekarang hipomania
F31.1 episode sekarang mania tanpa gejala psikotik
F31.2 episode sekarang mania dengan gejala psikotik
F31.3 episode sekarang depresi ringan atau sedang
F31.4 episode sekarang depresi berat tanpa gejala
psikotik
F31.5 episode sekarang depresi berat dengan gejala
psikotik
F31.6 episode sekarang campuran
F31.7 sekarang dalam remisi
F31.8 kelainan afektif bipolar lain
F31.9 kelainan afektif bipolar, tidak dijelaskan
F32 Episode depresi
Pada episode depresi umumnya terjadi penurunan
daya untuk menikmati, tertarik, dan konsentrasi, dan kelelahan setelah usaha
ringan. Tidur biasanya terganggu dan selera makan menurun. Harga diri dan rasa
percaya diri hampir selalu berkurang, dan bahkan dalam bentuk yang paling
ringan, perasaan bersalah atau merasa tak berguna sering muncul.
Penurunan mood
bervariasi dari hari ke hari, tidak berespons pada keadaan sekitar dan bisa
diikuti oleh gejala-gejala ‘somatik’ seperti hilangnya ketertarikan dan
kesenangan, bangun pagi beberapa jam sebelum biasanya, depresi paling berat di
pagi hari, retardasi psikomotor menonjol, tegang, hilang selera makan, berat
badan berkurang, dan hilangnya libido..
F32.0 Episode depresi ringan
F32.1 Episode depresi sedang
F32.2 Episode depresi berat tanpa gejala psikotik
F32.3 Episode depresi berat dengan gejala psikotik
F32.8 Episode depresi lain
F32.9 Episode depresi, tidak dijelaskan
F33 Depresi berulang
Khas dengan
berulangnya episode depresi. Episode pertama bisa pada semua usia, onset bisa
akut atau perlahan, dan berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan.
F33.0 Depresi berulang, episode sekarang ringan
F33.1 Depresi berulang, episode sekarang sedang
F33.2 Depresi berulang, episode sekarang berat tanpa
gejala psikotik
F33.3 Depresi berulang, episode sekarang berat
dengan gejala psikotik
F33.4 Depresi berulang, sedang dalam remisi
F33.8 Depresi berulang lainnya
F33.9 Depresi berulang, tidak dijelaskan
F34 Kelainan afektif persisten
Kelainan alam perasaan
yang persisten dan biasanya naik turun, tapi ringan. Berlangsung
berbulan-bulan, kadang-kadang pada sebagian besar kehidupan dewasanya.
Kadang-kadang, episode tunggal manik atau depresi bisa muncul.
F34.0 Cyclothymia – mood tidak stabil; depresi dan
perasaan senang ringan
F34.1 Dysthymia - depresi mood kronis, berlangsung
sekurangnya beberapa tahun
F34.8 Kelainan afektif persisten lainnya
F34.9 Kelainan afektif persisten, tidak dijelaskan
F38 Kelainan afektif lainnya
Kelainan mood yang
tidak cukup berat atau berlangsung tidak cukup lama.
F38.0 Kelainan afektif tunggal lainnya
F38.1 Kelainan afektif berulang lainnya
F38.8 Kelainan afektif lainnya
F39 Kelainan afektif yang tidak dijelaskan
F40-F49: Neurosis, dengan stress dan somatoformis
F40 Cemas fobia (phobic anxiety)
Cemas muncul
terhadap situasi yang jelas dan tidak berbahaya; yang kalau bisa dihindari,
atau kalau terpaksa akan dihadapi dengan takut. Kekhawatiran bisa berupa gejala
berdebar-debar atau rasa mau jatuh, dan sering diikuti oleh khawatir akan
kematian, kehilangan kontrol, atau gila. Berpikir untuk masuk ke situasi fobia
biasanya sudah menimbulkan cemas. Cemas fobia sering hadir bersamaan dengan
depresi.
F40.0 Agoraphobia – takut berada di tempat terbuka
F40.1 Fobia-fobia sosial - anthropophobia atau
neurosis sosial
F40.2 Fobia spesifik (isolated) - acrophobia (takut
ketinggian), claustrophobia (takut tempat tertutup), fobia binatang, fobia
sederhana
F40.8 Cemas fobia lainnya
F40.9 Cemas fobia, tidak dijelaskan
F41 Kelainan cemas lainnya
Cemas merupakan
gejala utama dan tidak terbatas pada situasi tertentu..
F41.0 Panik [cemas paroksismal secara episodik]
F41.1 Kecemasan umum
F41.2 Cemas campur depresi
F41.3 Cemas campur lainnya
F41.8 Cemas lain yang dijelaskan
F41.9 Cemas, tidak dijelaskan
F42 Kelainan obsesi-kompulsi
Gambaran penting
adalah pikiran obsesi dan tindakan kompulsi yang timbul berulang-ulang. Pikiran
obsesi adalah ide, bayangan, atau dorongan yang memasuki pikiran berulang-ulang
dalam bentuk yang sama. Obsesi hampir selalu menekan perasaan dan pasien sering
berusaha untuk melawannya tapi gagal.
Tindakan
kompulsi dilakukan berulang-ulang.. Tujuannya untuk mencegah kejadian yang
dianggap akan mencelakakan terhadap dirinya atau disebabkan oleh dirinya, walau
pun secara objektif tidak akan terjadi. Biasanya, tingkah laku ini diketahui
pasien sebagai tidak berdasar, dan ia berusaha berulang-ulang untuk melawannya.
Nama lain
keadaan ini: neurosis anankastik atau neurosis obsesif-kompulsif
F42.0 Pikiran dengan obsesi yang menonjol
F42.1 Tindakan kompulsi yang menonjol
F42.2 Pikiran dan tindakan obsesi campuran
F42.8 Kelainan obsesi-kompulsi lainnya
F42.9 Kelainan obsesi-kompulsi, tidak dijelaskan
F43 Reaksi terhadap stress berat, dan gangguan
penyesuaian
Kategori ini
dikenal dengan kejadian yang sangat menekan perasaan sehingga timbul reaksi
stress akut, atau perubahan besar kehidupan yang tidak menyenangkan sehingga
timbul gangguan penyesuaian. Kelainan dianggap sebagai respons ‘maladaptive’
atau ‘adaptasi jelek’ terhadap stress berkepanjangan.
F43.0 Reaksi stress akut - reaksi sementara
terhadap stress fisik dan mental
F43.1 Stress pasca trauma - respons lama terhadap
stress fisik dan mental
F43.2 Gangguan penyesuaian
F43.8 Reaksi lain terhadap stress berat
F43.9 Reaksi yang tidak dijelaskan terhadap stress
berat
F44 Kelainan-kelainan dissosiasi (konversi)
Tema umum
adalah hilangnya integrasi normal antara memori masa lalu, kesadaran identitas
dan sensasi langsung, serta kontrol gerak tubuh. Kelainan yang lebih kronis,
seperti paralisis dan anestesia, bisa timbul kalau onsetnya berhubungan dengan
masalah yang tidak bisa diselesaikan dan kesulitan interpersonal. Gejala
kelainan sering mewakili konsep pasien tentang timbulnya penyakit. Pemeriksaan
medis tidak menunjukkan kelainan fisik atau neurologis, karena hilangnya fungsi
tubuh merupakan ekspresi konflik atau kebutuhan emosi. Kelompok ini hanya
melibatkan kelainan fungsi fisik yang biasanya di bawah kontrol normal.
F44.0 Amnesia disosiasi
Gejala utama
adalah hilangnya ingatan tentang kejadian penting yang baru terjadi, bukan
sekedar lupa atau lelah. Amnesia terpusat pada kejadian yang menyakitkan,
seperti kecelakaan atau duka-cita, dan biasanya bersifat partial (sebagian) dan
selektif.
F44.1 Fugue disosiasi
Fugue
disosiasi (kehilangan ingatan dan meninggalkan rumah) memiliki semua gejala
amnesia disosiasi, tambah berkelana melebihi aktifitas harian biasa..
F44.2 Stupor disosiasi
Stupor
disosiasi (keadaan setengah sadar) adalah penurunan atau kehilangan gerakan
sadar dan respons terhadap rangsangan luar seperti cahaya, suara, dan rabaan.
F44.3 Trance and possession disorders
Trance
(keadaan seperti dalam mimpi, tapi tidak tidur) adalah kehilangan sementara
identitas pribadi dan kesadaran akan sekitar. Disini termasuk hanya trance yang
tidak disadari atau tidak diinginkan, di luar situasi keagamaan atau kebudayaan
yang dianutnya.
F44.4 Gangguan motorik disosiasi
Kemampuan
untuk menggerakkan semua atau sebagian anggota hilang. Bisa mirip sekali dengan
berbagai variasi ataxia (gerak tak terkontrol), apraxia (tak mampu bergerak
dengan pantas), akinesia (gerakan sadar berkurang), aphonia (tak bisa
bersuara), dysarthria (susah mengeluarkan kata-kata dengan jelas), dyskinesia
(tidak sanggup mengontrol gerakan sadar), seizures, atau paralysis.
F44.5 Konvulsi disosiasi
Mirip dengan
epilepsi, tapi jarang disertai lidah tergigit, lecet jatuh, atau inkontinensia
urin, kesadaran bisa dipertahankan atau diganti oleh stupor atau trance.
F44.6 Anestesia disosiasi dan kehilangan sensoris
Hilangnya
rasa pada kulit memiliki batas yang sesuai dengan pendapat pasien mengenai
fungsi tubuh, bukan pendapat medis. Kehilangan sensasi bisa diikuti oleh
keluhan paresthesi (kesemutan). Jarang diikuti oleh kehilangan total penglihatan atau pendengaran.
F44.7 Kelainan disosiasi (konversi) campuran - gabungan kelainan F44.0-F44.6
F44.8 Kelainan disosiasi (konversi) lainnya
F44.9 Kelainan disosiasi (konversi), tidak
dijelaskan
F45 Kelainan somatoformis
Bentuk utama adalah
berulang-ulang menyatakan keluhan fisik bersama permintaan untuk pemeriksaan
medis, walau pun hasilnya selalu negatif dan dokter mengatakan bahwa gejalanya
tidak memiliki basis fisik. Kalau pun ada, kelainan fisik tidak berhubungan
dengan gejala dan keyakinan pasien mengenai penyakitnya.
F45.0 Kelainan somatisasi
Gejala fisik yang
banyak, berulang, dan sering berubah selama paling kurang dua tahun. Kalau
gejala jelas dan berlangsung kurang dari dua tahun, klasifikasikan pada F45.1.
F45.1 Gangguan somatoformis tidak khas
Keluhan somatoformis
banyak, bervariasi, dan terus menerus, namun tidak terdapat bentuk klinis
kelainan somatisasi yang jelas.
F45.2 Kelainan hipokondriak
Bentuk utama adalah
keyakinan persisten adanya kelainan fisik serius dan progresif. Perhatian
biasanya terfokus pada satu atau dua organ atau sistem tubuh.
F45.3 Gangguan fungsi otonom somatoformis
Keluhan pasien
seolah-olah disebabkan penyakit sistem atau organ yang dikontrol oleh syaraf
otonom, seperti kardiovaskuler, pencernaan, pernafasan, dan urogenital. Gejala
biasanya dua jenis, tanpa kelainan pada sistem atau organ tersebut. Pertama,
keluhan berdasarkan tanda-tanda objektif rangsangan otonom seperti
berdebar-debar, keringat, panas-panas, tremor, dan takut akan kemungkinan
kelainan fisik. Kedua, keluhan subjektif dan berubah-ubah mengenai sakit dan
nyeri, rasa terbakar, rasa beban berat, rasa terjepit, dan perasaan desakan
dari dalam, yang dikatakan oleh pasien akibat organ atau sistem tertentu.
F45.4 Nyeri somatoformis persisten
Keluhan utama adalah
nyeri persisten, berat, dan menekan perasaan, tapi tidak berdasarkan kelainan
fisiologis atau fisik, namun berhubungan dengan konflik emosi atau masalah
psikososial yang cukup besar.
F45.8 Gangguan somatoformis lain
Kelainan sensasi,
fungsi, dan tingkah-laku yang tidak disebabkan kelainan fisik, tidak melalui
syaraf otonom, terbatas pada sistem atau bagian spesifik tubuh.
F45.9 Gangguan somatoformis yang tidak dijelaskan –
kelainan psikosomatik NOS
F48 Neurosis lainnya
F48.0 Neurasthenia
Kelelahan mudah
terjadi setelah usaha mental atau setelah usaha fisik minimal. Sering terdapat
perasaan fisik umum yang tidak menyenangkan seperti pusing, sakit kepala, dan
rasa tidak stabil. Nama lain penyakit ini adalah sindroma kelelahan (Fatigue
syndrome)
F48.1 Sindroma depersonalisasi - derealisasi
Pasien mengeluhkan
perubahan mutu aktifitas mental, tubuh, dan lingkungan, sehingga terasa seperti
tidak nyata, jauh, dan serba otomatis di luar kontrol. Pasien sering mengeluh tentang hilangnya emosi dan
merasa terasing dari pikiran, tubuh, atau dunia nyata..
F48.8 Gangguan neurosis lain
F48.9 Gangguan neurosis, tidak dijelaskan - Neurosis
NOS
F50-F59: Sindroma akibat gangguan fisiologis dan fisik
F50 Kelainan makan
F50.0 Anorexia nervosa
Khas dengan
penurunan berat badan yang disengaja, sering pada wanita muda, bisa juga
laki-laki muda, anak menjelang pubertas dan wanita menjelang menopause.
Gejalanya mencakup pembatasan makanan, olahraga berlebihan, merangsang muntah
dan ‘cuci perut’, serta penggunaan obat penekan selera dan diuretika.
F50.1 Anorexia nervosa tidak khas
Mirip anorexia
nervosa namun gambaran klinis keseluruhan tidak sesuai. Misalnya tidak terdapat
gejala kunci seperti amenorrhea atau sangat takut gemuk, walau pun berat
badannya sangat berkurang dan ia menunjukkan tingkah-laku menurunkan berat
badan.
F50.2 Bulimia nervosa
Makan berlebihan dan
sangat ingin mengontrol berat badan, sehingga menyebabkan pola makan berlebihan
yang disusul oleh muntah atau penggunaan pencahar. Nama lain keadaan ini adalah
Bulimia, dan Hyperorexia nervosa
F50.3 Bulimia nervosa tidak khas
Mirip bulimia
nervosa, tapi gambaran klinis keseluruhan tidak sesuai. Misalnya bisa terdapat
makan berlebihan dan penggunaan pencahar berlebihan tanpa perubahan berat badan
yang nyata, atau tidak adanya kekhawatiran berlebihan akan bentuk badan dan
berat badan.
F50.4 Makan berlebihan akibat kekacauan psikologis
lain
Makan berlebihan
akibat kejadian yang menyebabkan stress, seperti ditinggal mati, kecelakaan,
melahirkan, dsb. Nama lainnya adalah Psychogenic overeating
F50.5 Muntah akibat kekacauan psikologis lain
Muntah berulang pada
gangguan dissosiasi (F44.-) dan hipokhondriaka (F45.2). Subkategori ini bisa
sebagai tambahan pada O21.- (muntah berlebihan waktu hamil). Nama lainnya
adalah Psychogenic vomiting.
F50.8 Kelainan makan lainnya
Pica (keinginan
makan yang bukan makanan seperti kayu atau kertas) pada dewasa; nama lain
adalah Psychogenic loss of appetite.
Kecuali: pica
pada bayi dan anak kecil (F98.3)
F50.9 Kelainan makan, tidak dijelaskan
F51 Kelainan tidur non-organik
Kelainan tidur sering
merupakan gejala kelainan mental atau fisik. Kalau kelainan tidur adalah salah
satu keluhan utama dan diyakini pasien sebagai penyakit tersendiri, maka kode
ini harus digunakan bersama diagnosa lain yang menguraikan psikopatologi dan
patofisiologi yang terlibat. Kategori ini hanya mencakup gangguan tidur yang
faktor primernya adalah emosi.
F51.0 Insomnia non-organik
Keadaan dengan tidur
yang tidak memuaskan dan telah berlangsung lama, misalnya susah tertidur, susah
untuk tetap tidur, atau bangun lebih dini.
F51.1 Hypersomnia non-organik
Hipersomnia adalah
keadaan dengan siang sangat mengantuk, serangan tidur, atau lamanya transisi
dari bangun ke sadar penuh. Kalau tidak ada faktor organik yang mendasari, maka
keadaan ini biasanya berhubungan dengan kelainan jiwa.
F51.2 Nonorganic
disorder of the sleep-wake schedule
Tidak ada kesesuaian antara jadwal
tidur-bangun dengan jadwal yang diinginkan pada lingkungan tertentu, sehingga
menyebabkan insomnia atau hipersomnia.
F51.3 Sleepwalking
[somnambulism]
Perubahan kesadaran sehingga fenomena tidur
dan bangun bergabung. Pada episode ‘tidur berjalan’ ini pasien bangkit dari
tempat tidur, biasanya pada sepertiga pertama tidur malam, dengan rendahnya
tingkat keawasan, reaksi dan keterampilan otot. Setelah bangun biasanya ia
tidak ingat kejadian tersebut.
F51.4 Sleep
terrors [night terrors]
Episode terror dan
panik di waktu malam dengan suara dan gerakan yang hebat dan aktifitas otonom
yang tinggi. Pasien akan terduduk atau berdiri, biasanya pada sepertiga pertama
tidur malam, dengan teriakan panik. Sering juga ia lari ke pintu seolah-olah
ingin meloloskan diri, namun jarang meninggalkan kamar. Ingatan akan kejadian
tersebut sangat terbatas (biasanya satu atau dua bayangan yang tidak utuh).
F51.5 Nightmares – mimpi buruk
Mimpi yang berisi
rasa cemas dan takut, yang bisa diingat dengan jelas. Temanya sering mencakup
ancaman nyawa, keamanan, atau harga diri. Biasanya pada episode tersebut
terdapat aktifitas otonom, namun suara atau gerak tubuh tidak jelas. Pada waktu
bangun ia dengan cepat sadar dan berorientasi ke kenyataan.
F51.8 Kelainan tidur nonorganik lainnya
F51.9 Kelainan tidur nonorganik, tidak dijelaskan
F52 Gangguan fungsi seksual tanpa kelainan atau penyakit organik
Mencakup berbagai
keadaan yang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan hubungan seksual
seperti yang diinginkan. Respons seksual adalah proses psikosomatik. Dalam
kelainan ini, proses psikologis dan somatik biasanya terlibat.
F52.0 Kurang atau hilangnya keinginan seksual –
frigiditas, nafsu sex hipoaktif
F52.1 Penghindaran sex dan kurangnya kenikmatan
seksual – anhedonia (sexual)
F52.2 Kegagalan respons genital – gangguan ereksi
atau kekeringan vagina
F52.3 Gangguan fungsi orgasme - orgasme tidak
terjadi atau tercapai sangat lama
F52.4 Ejakulasi prematur
F52.5 Vaginismus nonorganic – kejang otot sekitar
sehingga vagina tertutup
F52.6 Dyspareunia nonorganik - nyeri selama
hubungan seksual
F52.7 Nafsu seksual berlebihan – nymphomania
(perempuan), satyriasis (laki-laki)
F52.8 Disfungsi seksual nonorganik lain
F52.9 Disfungsi seksual nonorganik, tidak
dijelaskan
F53 Kelainan jiwa dan tingkah-laku pada puerperium, not elsewhere
classified
Kelainan jiwa yang
berhubungan dengan puerperium (muncul dalam waktu enam minggu setelah
melahirkan) yang tidak bisa diklasifikasikan di tempat lain pada bab ini, baik
karena informasi tidak cukup, atau karena adanya gambaran klinis khusus yang
menyebabkan klasifikasinya di tempat lain tidak sesuai.
F53.0 Kelainan ringan – depresi postpartum
F53.1 Kelainan berat – psikosis puerperium NOS
F53.8 Kelainan lain
F53.9 Kelainan yang tidak dijelaskan
F54 Kelainan psikologis pada kelainan yang klasifikasinya di tempat
lain
Kategori ini
digunakan untuk mencatat pengaruh psikologis yang diduga berperanan dalam
timbulnya kelainan fisik yang klasifikasinya pada bab lain. Termasuk disini
faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi keadaan fisik.
Contoh penggunaan
kategori ini adalah: asthma F54 and
J45.-; dermatitis F54 and L23-L25; gastric ulcer F54 and K25.-; mucous colitis
F54 and K58.-; ulcerative colitis F54 and K51.-; urticaria F54 and L50.-
F55 Penyalahgunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantungan
F59 Sindroma tingkah-laku akibat faktor fisiologis dan fisik yang
tidak dijelaskan
F60-F69: Kelainan kepribadian dan tingkah laku dewasa
Blok ini berisi
berbagai keadaan dan pola-pola tingkah-laku yang nyata secara klinis dan
cenderung menetap. Gejala ini muncul sebagai ekspresi gaya hidup seseorang dan
caranya berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain. Beberapa dari gejala ini
muncul dini pada perkembangan seseorang, dan yang lainnya didapatkan lebih
lambat.
Kelainan kepribadian spesifik (F60), campuran
(F61), dan perubahan kepribadian (F62) merupakan pola tingkah-laku yang
tertanam dalam, dan muncul sebagai respons terhadap berbagai situasi. Mereka
melambangkan pembelokan tajam dalam memahami, memikirkan, merasakan, dan
terutama
membandingkan dirinya dengan orang lain. Mereka sering berhubungan dengan
distress subjektif dan masalah penampilan sosial.
F60 Kelainan kepribadian spesifik
Kekacauan berat
kepribadian dan tingkah-laku, bukan akibat langsung gangguan otak atau kelainan
psikiatrik lain. Biasanya melibatkan beberapa daerah kepribadian, berhubungan
dengan ketegangan pribadi yang berat dan kerusakan hubungan sosial, dan muncul
sejak kanak-kanak atau remaja.
F60.0 Gangguan kepribadian paranoid
Sangat sensitif akan
kemunduran, tidak bisa memaafkan hinaan, curiga berlebihan, bersikap ‘siap
tempur’ dan sangat menjaga hak-hak pribadi. Ia merasa dirinya sangat penting
dan selalu membandingkan segala sesuatu dengan diri sendiri.
F60.1 Gangguan kepribadian skizoid
Khas dengan menarik
diri dari hubungan yang akrab, sosial dan lainnya dan lebih menyukai khayalan,
aktifitas sendiri, dan introspeksi.
F60.2 Gangguan kepribadian antisosial
Khas dengan tidak
peduli akan kewajiban sosial dan perasaan orang lain. Disebut juga kepribadian
amoral, anti sosial, asosial, psikopatik atau sosiopatik
F60.3 Kepribadian emosi labil
Bertendensi untuk
bertindak tanpa memikir akibat, alam perasaan mudah berubah. emosi mudah
meledak dan tidak terkontrol. Gejala lain adalah tendensi untuk merusak diri
sendiri, atau bunuh diri. Disebut juga kepribadian agresif atau eksplosif
F60.4 Kepribadian histrionik
Alam perasaan
dangkal dan labil, mendramatisir diri sendiri, ekspresi emosi berlebihan, mudah
disugesti, egosentris, mudah tersinggung, dan selalu mencari pujian,
rangsangan, dan perhatian. Disebut juga kepribadian histeris dan psikoinfantil
F60.5 Kepribadian anankastik
Selalu ragu-ragu;
ingin serba sempurna (perfeksionisme), perhatian akan detail berlebihan;
bandel, sangat hati-hati, dan kaku. Disebut juga kepribadian kompulsif,
obsesif, obsesif-kompulsif
F60.6 Kepribadian hindaran atau cemas
Pasien memiliki
perasaan tegang dan enggan, tidak percaya diri dan rendah diri. Selalu ingin
disenangi dan diterima, sangat sensitif akan kritikan, dan bertendensi
menghindari aktifitas rutin tertentu
dengan membesar-besarkan bahaya atau resikonya.
F60.7 Kepribadian tergantung
Tergantung pada
orang lain dalam mengambil keputusan, patuh pada keinginan orang yang lebih
tua, dan respons yang lemah terhadap tuntutan kehidupan harian.
F60.8 Kelainan kepribadian lainnya
Kepribadian
eksentrik, narcissistic, immatur, pasif agresif, psikoneurotik
F60.9 Kelainan kepribadian, tidak dijelaskan
F61 Kelainan kepribadian campuran dan lainnya
Kategori ini adalah
untuk kelainan spesifik yang sering menimbulkan gangguan tapi tidak memiliki
pola spesifik dari gejala-gejala pada F60.-.
F62 Perubahan kepribadian menetap, bukan karena kelainan otak
Gangguan kepribadian
yang berkembang setelah stress berat atau penyakit jiwa yang berat. Perubahan kepribadian harus jelas dan
tidak terdapat sebelum kejadian.
F62.0 Perubahan kepribadian menetap setelah stress
berat
F62.1 Perubahan kepribadian menetap setelah sakit
jiwa
F62.8 Perubahan kepribadian menetap lainnya
F62.9 Perubahan kepribadian menetap, tidak
dijelaskan
F63 Kelainan kebiasaan dan dorongan
Khas dengan tindakan
berulang tanpa motivasi yang rasional, tidak bisa dikontrol, dan umumnya merusak
kepentingan pasien sendiri dan orang lain.
F63.0 Judi yang patologis
Kelainan ini berupa
episode perjudian yang mendominasi kehidupan pasien sampai merusak nilai-nilai
dan kewajiban sosial, pekerjaan, dan keluarga.
F63.1 Pembakaran yang patologis [pyromania]
Khas dengan usaha
membakar tanpa motif yang jelas, dan pikiran tentang api dan kebakaran. Diawali
peningkatan ketegangan sebelum, dan kepuasan dalam sesudah tindakan
F63.2 Mencuri yang patologis [kleptomania]
Kelainan dengan
kegagalan menahan dorongan untuk mencuri objek yang tidak berguna untuk
pribadi. Objek ini bisa dibuang, diberikan kepada orang lain, atau
dikoleksikan. Terdapat ketegangan sebelum tindakan, dan sangat puas sesudahnya.
F63.3 Menarik rambut yang patologis
(trichotillomania)
Khas dengan botak
karena gagal menahan dorongan menarik rambut. Penarikan rambut didahului oleh
ketegangan yang tinggi dan diikuti oleh perasaan lega atau puas.
F63.8 Kelainan kebiasaan dan dorongan lainnya
F63.9 Kelainan kebiasaan dan dorongan, tidak
dijelaskan
F64 Kelainan identitas kelamin
F64.0 Transsexualisme
Khas dengan hasrat
hidup sebagai anggota seks yang berlawanan, biasanya diikuti perasaan tidak
nyaman atau tidak pantas pada kelompok seksnya sendiri, dan berharap memperoleh
pembedahan dan pengobatan supaya tubuh sesuai dengan seks yang diinginkan
F64.1 Transvestisme peran-ganda
Memakai pakaian
jenis seks lain untuk menikmati rasa menjadi anggota jenis seks tersebut, tanpa
hasrat pergantian seks dan tidak diikuti oleh kepuasan seksual.
F64.2 Kelainan identitas kelamin kanak-kanak
Pertama muncul di
masa kanak-kanak, ingin menjadi jenis seks yang berbeda. Pikiran selalu pada
pakaian dan aktifitas jenis seks yang berbeda dan kesal akan jenis seks
sendiri.
F64.8 Kelainan identitas kelamin lainnya
F64.9 Kelainan identitas kelamin, tidak dijelaskan
F65 Kelainan nafsu seksual
F65.0 Fetishisme
Mengandalkan benda
mati (fetish) untuk rangsangan dan kepuasan seksual. Fetish sering merupakan
bagian tambahan tubuh, misalnya pakaian atau sepatu. Contoh umum lainnya khas
dengan ‘texture’ tertentu seperti karet, plastik atau kulit. Objek-objek fetish
bisa hanya digunakan untuk meningkatkan rangsangan seksual (misalnya dengan
partner yang mengenakan pakaian tertentu).
F65.1 Transvestisme fetish
Pemakaian pakaian
jenis seks yang berlawanan untuk rangsangan seksual dan menciptakan penampilan
jenis seks berbeda. Berbeda dari transvestisme trans-seksual, transvestisme
fetish memiliki hubungan yang jelas dengan rangsangan seksual dan keinginan
kuat untuk menanggalkan pakaian tersebut ketika orgasme telah dicapai. Keadaan
ini bisa terjadi pada fase awal perkembangan trans-seksualisme.
F65.2 Exhibitionisme
Tendensi untuk
memperlihatkan genitalia kepada jenis seks yang berbeda atau ke orang banyak di
tempat umum, tanpa bermaksud mengadakan kontak seksual. Biasanya, tapi tidak
selalu, rangsangan seksual pada waktu itu diikuti oleh masturbasi.
F65.3 Voyeurisme
Tendensi untuk
mengintip orang yang sedang berhubungan seksual atau membuka baju. Dilakukan
tanpa setahu objek, dan diikuti oleh rangsangan seksual dan masturbasi.
F65.4 Paedophilia
Nafsu seks pada anak
lelaki dan/atau perempuan sebelum atau awal pubertas.
F65.5 Sadomasochisme
Aktifitas seksual
yang melibatkan pemberian rasa nyeri, hinaan, atau ikatan. Keinginan sebagai
penerima disebut masochisme; sebagai pemberi disebut sadisme.
F65.6 Kelainan ganda nafsu seksual
Lebih dari satu
preferensi seksual abnormal dan tidak ada yang lebih menonjol. Kombinasi yang
sering adalah fetishisme, transvestisme, dan sadomasochisme.
F65.8 Kelainan nafsu seksual lainnya
Melakukan telpon
cabul, menggeserkan badan pada orang lain untuk rangsangan seks di tempat
ramai; aktifitas seksual dengan binatang (zoophilia), mayat (necrophilia), dan
penggunaan cekikan atau anoksia untuk meningkatkan rangsangan seksual.
F65.9 Kelainan nafsu seksual, tidak dijelaskan
F66 Kelainan yang berhubungan dengan perkembangan dan orientasi
seksual
Note: Orientasi seksual saja tidak
dianggap sebagai kelainan.
F66.0 Gangguan pematangan seksual
Pasien tidak yakin
akan identitas gender atau orientasi seksualnya. Sering pada remaja yang tidak
pasti apakah ia homo-, hetero- atau bi-seksual, atau pada orang dewasa yang
setelah orientasi seksualnya terlihat stabil, mendapatkan bahwa orientasi
seksualnya itu berubah.
F66.1 Orientasi seksual egodystonik
Identitas gender
atau preferensi seksual (heterosexual, homosexual, bisexual, atau prepubertal)
tidak diragukan, tapi ia berharap hal ini berbeda, dan mungkin mencari
pengobatan untuk mengubahnya.
F66.2 Gangguan hubungan seksual
Identitas gender
atau orientasi seksual (hetero-, homo-, atau bi-sexual) menyebabkan kesulitan
dalam membentuk atau mempertahankan hubungan dengan pasangan seksualnya.
F66.8 Kelainan perkembangan psikoseksual lainnya
F66.9 Kelainan perkembangan psikoseksual, tidak
dijelaskan
F68 Kelainan kepribadian dan tingkah laku dewasa lainnya
F68.0 Penonjolan gejala fisik untuk alasan
psikologis
Gejala-gejala fisik
yang sudah pasti menjadi menonjol dan lama akibat keadaan psikologis. Pasien
umumnya tertekan oleh gejala ini. Disebut juga neurosis kompensasi
F68.1 Menciptakan gejala atau cacad fisik atau
psikologis
Pasien
berulang-ulang menciptakan gejala tanpa alasan yang jelas, dan malah melukai
diri sendiri untuk lebih meyakinkan. Motivasinya kabur dan mungkin untuk
mengambil peran sebagai orang sakit. Disebut juga sindroma Munchhausen
F68.8 Kelainan kepribadian dan tingkah laku dewasa
lainnya yang dijelaskan
F69 Kelainan kepribadian dan tingkah laku dewasa , tidak dijelaskan
F70-F79: Retardasi Mental
Perkembangan pikiran
terhenti atau tidak sempurna, khas dengan kegagalan keterampilan pada masa
perkembangan. Keterampilan ini ikut menentukan level kecerdasan umum seperti
daya kognitif (pengenalan), bahasa, gerakan, dan sosial. Retardasi dapat
terjadi dengan atau tanpa keadaan mental dan fisik lainnya.
Derajat retardasi
mental diukur dengan alat uji kecerdasan yang distandarisasi. Ukuran ini
memberi perkiraan derajat retardasi mental. Kemampuan intelektual dan adaptasi
sosial bisa membaik sebagai hasil latihan dan rehabilitasi. Diagnosis harus
didasarkan pada tingkat kemampuan fungsi saat pemeriksaan.
Subdivisi berikut
digunakan untuk menunjukkan luasnya kerusakan tingkah laku.
.0 Kerusakan tingkah laku tidak ada atau
minimal
.1 Kerusakan tingkah laku nyata dan
memerlukan perhatian dan pengobatan.
.8 Kerusakan tingkah laku lain
.9 Kerusakan tingkah laku tidak
disebutkan
Kalau perlu gunakan
kode tambahan untuk keadaan lain yang berhubungan seperti autisma, gangguan
perkembangan lain, epilepsi, kelainan perangai, atau cacad fisik yang berat.
F70 Retardasi mental ringan
IQ 50–69 (pada
dewasa, usia mental 9–12 tahun). Cenderung menyebabkan kesulitan belajar di
sekolah. Banyak dewasa dengan IQ ini masih mampu bekerja dan mempertahankan
hubungan sosial yang baik dan berguna untuk masyarakat.
F71 Retardasi mental sedang
IQ 35–49 (pada
dewasa, usia mental 6-9 tahun). Perkembangan terlambat di masa kanak-kanak,
tapi umumnya bisa mengurus diri sendiri dengan komunikasi dan akademis yang
memadai. Orang akan memerlukan berbagai sokongan untuk hidup dan bekerja di
masyarakat.
F72 Retardasi mental berat
IQ 20-34 (pada
dewasa, usia mental 3-6 tahun), cenderung membutuhkan sokongan terus menerus.
F73 Retardasi mental sangat berat
IQ di bawah 20 (pada
dewasa, usia mental di bawah 3 tahun). Menyebabkan sulit merawat diri sendiri,
buang air besar dan kecil, komunikasi dan gerakan.
F78 Retardasi mental lain
F79 Retardasi mental tidak dijelaskan
F80-F89: Kelainan perkembangan psikologis
Dimulai pada masa
bayi atau kanak-kanak, berhubungan dengan pematangan sistem syaraf pusat, dan
arah yang tetap tanpa remisi atau relaps. Fungsi yang terganggu mencakup
bahasa, keterampilan visuo-spatial (penglihatan ruang), dan koordinasi gerak.
Biasanya kerusakan berkurang ketika bertumbuh, walau pun defisit ringan sering
ada pada usia dewasa.
F80 Kelainan perkembangan bicara dan bahasa
Pola normal
berbahasa terganggu sejak awal perkembangan.. Sering sulit membaca dan mengeja,
kelainan hubungan antar-pribadi, serta kelainan emosi dan tingkah laku.
F80.0 Gangguan artikulasi (membuat kata) waktu
bicara
Penggunaan
artikulasi di bawah level yang sesuai untuk usia, tapi keterampilan bahasa
normal. Disebut juga dyslalia
F80.1 Gangguan bahasa ekspresif
Penggunaan ekspresi
bahasa rendah, tapi pemahaman normal. Bisa diikuti kelainan artikulasi. Disebut
juga dysphasia atau aphasia perkembangan jenis ekspresif
F80.2 Gangguan bahasa reseptif
Pemahaman bahasa
rendah, diikuti gangguan bahasa ekspresi dan artikulasi. Disebut juga
dysphasia, aphasia perkembangan jenis reseptif, aphasia Wernicke, dan “tuli
kata-kata”
F80.3 Aphasia didapat dengan epilepsy
[Landau-Kleffner]
Perkembangan bahasa
mulanya normal, lalu kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif menghilang, dengan
inteligensia umum baik. Awalnya disertai oleh kelainan otak atau epilepsi.
Onset biasanya antara usia 3-7 tahun.
F80.8 Kelainan perkembangan bicara dan bahasa
lainnya
Lisping (susah
mengeluarkan huruf ‘s’ dan menggantinya dengan ‘ts’
F80.9 Kelainan perkembangan bicara dan bahasa,
tidak dijelaskan
F81 Kelainan perkembangan keterampilan sekolah
Kelainan dengan
gangguan keterampilan sejak tingkat awal perkembangan. Hal ini bukan karena kurangnya kesempatan belajar,
tidak semata-mata akibat retardasi mental, dan tidak akibat trauma atau
penyakit pada otak.
F81.0 Kelainan khusus membaca - dyslexia
perkembangan
F81.1 Kelainan khusus mengeja
F81.2 Kelainan khusus keterampilan berhitung
F81.3 Kelainan keterampilan sekolah campuran
F81.8 Kelainan perkembangan keterampilan sekolah
lainnya
F81.9 Kelainan perkembangan keterampilan sekolah,
tidak dijelaskan
F82 Kelainan perkembangan fungsi gerak
Kelainan dengan
gambaran utama kegagalan serius perkembangan koordinasi motorik yang tidak bisa
hanya dijelaskan oleh retardasi intelektual umum atau kelainan neurologis baik
kongenital atau didapat.
F83 Kelainan perkembangan campuran
Kategori sisa yang
berisi campuran gangguan perkembangan spesifik bicara dan bahasa, keterampilan
belajar, dan fungsi motoris, tapi tidak ada yang lebih menonjol untuk diagnosa
utama. Kategori ini dipakai kalau gangguan fungsi memenuhi kriteria untuk dua
atau lebih dari F80, F81, dan F82.
F84 Kelainan perkembangan ‘pervasif’
Khas dengan kelainan
interaksi sosial timbal-balik dan pola komunikasi, dan oleh minat dan aktifitas
yang terbatas, berbentuk khas, dan berulang-ulang. Kelainan ini merupakan
bentuk pervasif fungsi seseorang dalam semua situasi.
F84.0 Autisma kanak-kanak
Ditentukan oleh
adanya perkembangan abnormal sebelum usia tiga tahun, dan ciri-ciri khas fungsi
abnormal pada ketiga area psikopatologi (interaksi sosial timbal-balik,
komunikasi, dan tingkah laku yang terbatas, khas dan berulang).
F84.1 Autisma tidak khas
Berbeda dari autisma
kanak-kanak dalam usia onset atau tidak terpenuhinya ketiga set kriteria
diagnosa.
F84.2 Sindroma Rett
Pada anak perempuan,
perkembangan awal normal lalu diikuti penurunan kemampuan bicara, keterampilan
gerakan dan penggunaan tangan, bersama dengan perlambatan pertumbuhan kepala,
biasanya dengan onset antara usia 7-24 bulan.
F84.3 Kelainan disintegrasi kanak-kanak lainnya
Periode perkembangan
yang normal sebelum onset kelainan, diikuti oleh hilangnya keterampilan yang
telah diperoleh dalam waktu beberapa bulan saja.
F84.4 Kelainan overaktif sehubungan dengan
retardasi mental dan gerakan stereotype
Kategori ini
melibatkan anak-anak dengan retardasi mental berat (IQ <34) dengan masalah
utama pada hiperaktifitas dan perhatian, di samping tingkah laku stereotype.
F84.5 Sindroma Asperger
Interaksi sosial
seperti autisma, minat dan aktifitas terbatas, stereotype, dan berulang. Tidak
terdapat retardasi perkembangan bahasa atau kognitif. Kelainan ini sering
berhubungan dengan gerakan yang kacau.
F84.8 Kelainan perkembangan ‘pervasif’ lainnya
F84.9 Kelainan perkembangan ‘pervasif’, tidak
dijelaskan
F88 Gangguan perkembangan psikologis lainnya - agnosia perkembangan
F89 Gangguan perkembangan psikologis yang tidak dijelaskan
F90-F98: Kelainan tingkah laku dan emosi dengan
awal biasanya pada masa kanak-kanak dan remaja
F90 Kelainan hiperkinetik
Onset dini (biasanya balita), kurangnya usaha
aktifitas kognitif, suka berganti aktifitas tanpa penyelesaian, dan aktifitas
tidak teratur dan berlebihan.. Tidak memiliki rasa sungkan pada orang dewasa,
tidak disukai oleh anak lain dan mungkin tersisih. Terdapat kegagalan fungsi
kognitif umum, dan keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa.
F90.0 Kekacauan aktifitas dan perhatian
F90.1 Kelainan hiperkinetik disertai kelainan
perangai
F90.8 Kelainan hiperkinetik lain
F90.9 Kelainan hiperkinetik, tidak dijelaskan
F91 Kelainan perangai (conduct disorders)
Pola kelakuan
dissosial, agresif, atau bandel yang berulang dan persisten, yang lebih berat
daripada kenakalan anak-anak atau remaja, berlangsung lama (enam bulan atau
lebih). Contohnya berkelahi atau menjajah (‘bullying’) yang berlebihan, kasar
pada orang lain atau binatang, merusak harta benda, membakar, mencuri,
berbohong, bolos sekolah dan lari dari rumah, temper tantrum sangat sering dan
berat, dan tidak patuh. Satu saja dari tingkah laku ini, kalau menonjol, cukup
untuk menegakkan diagnosa.
F91.0 Kelainan perangai yang hanya di dalam
keluarga
Agresif (juga
melawan, bandel dan disruptif [menghambat kegiatan]) yang hampir selalu terjadi
di rumah dan dengan anggota keluarga inti atau anggota di rumah tangga.
F91.1 Kelainan perangai tanpa sosialisasi
Khas dengan
kombinasi tingkah laku dissosial atau agresif dengan pervasif yang nyata dalam
hubungannya dengan anak-anak lain.
F91.2 Kelainan perangai sosialisasi
Mencakup tingkah
laku dissosial atau agresif pada orang-orang yang umumnya menyatu dengan baik
dengan teman sebayanya.
F91.3 Kelainan bandel oposisional
Kelainan perangai
khas dengan tingkah laku melawan, tidak patuh atau disruptif tapi tidak
melibatkan tindakan yang lebih ekstrim.
F91.8 Kelainan perangai lainnya
F91.9 Kelainan perangai, tidak dijelaskan
F92 Kelainan campuran perangai dan emosi
Kelompok kelainan
yang khas dengan kombinasi tingkah laku agresif, dissosial atau bandel, dengan
gejala-gejala nyata depresi, cemas atau gangguan emosi lain.
F92.0 Kelainan perangai depresif
Kombinasi kelainan
perangai (F91.-) dengan depresi (F32.-), kehilangan minat akan aktifitas,
menyalahkan diri, dan putus asa. Bisa terdapat gangguan tidur atau selera
makan.
F92.8 Kelainan perangai dan emosi campuran lainnya
Kombinasi kelainan
perangai (F91.-) dengan gejala emosi yang persisten dan nyata seperti cemas,
obsesi atau kompulsi, depersonalisasi atau derealisasi, fobia, atau
hipokondria.
F92.9 Kelainan perangai dan emosi campuran, tidak
dijelaskan
F93 Kelainan emosi dengan onset pada masa kanak-kanak
Terutama pemberatan
terhadap trend perkembangan normal, bukan fenomena abnormal itu sendiri.
Kesesuaian perkembangan digunakan sebagai gambaran kunci dalam perbedaan
kelainan emosi ini dari kelainan neurosis (F40-F48).
F93.0 Kelainan cemas perpisahan pada anak
Didiagnosa kalau
takut berpisah merupakan fokus kecemasan dan kecemasan tersebut muncul pertama
kali pada tahun-tahun awal masa kanak-kanak.
F93.1 Kelainan cemas fobia pada anak
Ketakutan masa
kanak-kanak yang menunjukkan kespesifikan fase perkembangan dan terdapat pada
sebagian besar anak, tapi derajatnya abnormal.
F93.2 Kelainan cemas sosial anak
Disini terdapat
kekhawatiran akan orang asing dan keengganan sosial, atau cemas kalau bertemu
dengan situasi yang baru, asing, atau secara sosial mengancam. Misalnya kelainan hindaran masa
kanak-kanak dan remaja
F93.3 Kelainan persaingan pada saudara
Kekacauan emosi yang
biasanya mengikuti kelahiran adik diperlihatkan oleh sebagian besar anak yang
masih kecil. Disebut juga “Sibling jealousy”
F93.8 Kelainan emosi kanak-kanak lainnya
F93.9 Kelainan perangai dan emosi campuran, tidak
dijelaskan
F94 Kelainan fungsi sosial yang dimulai di masa kanak-kanak atau
remaja
Merupakan kelompok
yang memiliki kelainan fungsi sosial sama yang dimulai sewaktu perkembangan,
tapi tidak melibatkan semua area fungsi sosial. Distorsi lingkungan yang serius
mungkin memainkan peranan penting dalam etiologi sebagian besar kasus.
F94.0 Mutisme elektif
Keadaan ‘bisu
elektif’ ini khas dengan selektifnya kemampuan bicara yang ditentukan oleh
emosi, misalnya anak mampu berbicara pada satu situasi namun tidak bisa bicara
pada situasi (tertentu) lainnya.
F94.1 Kelainan tambahan bersifat reaktif pada anak
Dimulai pada usia
balita dan khas dengan kelainan persisten hubungan sosial.
F94.2 Kelainan tambahan anak-anak bersifat
disinhibisi (tanpa hambatan)
Merupakan pola
fungsi sosial abnormal yang muncul pada usia balita dan cenderung bertahan
walau pun keadaan lingkungan telah berubah.
F94.8 Kelainan fungsi sosial masa kanak-kanak
lainnya
F94.9 Kelainan fungsi sosial masa kanak-kanak, tidak
dijelaskan
F95 Kelainan Tic
Manifestasi utama
suatu bentuk ‘tic’, yaitu gerakan motor yang tidak berirama atau suara
tiba-tiba dan tanpa tujuan. Tic motorik umum sederhana hanya melibatkan
pengedipan mata, getaran leher, mengangkat bahu, dan mengerutkan wajah. Tic
vokalis umum sederhana mencakup pembersihan tenggorok, menghardik, membau-bau,
dan mendesis.
F95.0 Kelainan tic sementara
Tic berlangsung
kurang dari 12 bulan. biasanya berbentuk kedipan mata, kerutan wajah, dan
getaran kepala.
F95.1 Kelainan tic motor atau vocal kronis
Berupa tic motorik
atau vokal tapi tidak keduanya, yang masing-masing bisa tunggal atau ganda, dan
berlangsung lebih dari satu tahun.
F95.2 Kelainan tic motor atau vocal gabungan [de la
Tourette]
Suatu bentuk
kelainan tic dengan satu atau lebih tic vokal, yang tidak harus muncul
bersamaan. Biasanya makin berat selama remaja dan cenderung menetap di usia
dewasa. Tic vokal sering muncul ganda dengan vokalisasi berulang yang
meledak-ledak, pembersihan tenggorokan, dan menyumpah, dan bisa dengan
penggunaan kata-kata atau ungkapan cabul. Bisa terdapat ‘echopraxia’ dengan
gerakan badan yang bisa saja bersifat cabul (copropraxia)
F95.8 Kelainan tic lainnya
F95.9 Kelainan tic, tidak dijelaskan
F98 Kelainan tingkah laku dan emosi lain dengan awalnya anak atau
remaja
Kelompok kelainan
heterogen yang memiliki onset di masa kanak-kanak. Beberapa dari keadaan ini
mewakili sindroma yang sudah jelas, namun pada yang lain tidak lebih daripada
kompleks gejala yang perlu dimasukkan karena keseringannya dan hubungannya
dengan masalah psikososial, dan karena tidak bisa dimasukkan ke dalam sindroma
lain.
F98.0 Enuresis non-organik
Khas dengan kencing
di luar kesadaran baik siang atau malam, tidak sesuai dengan usia mentalnya,
dan tidak karena kurangnya kontrol ‘bladder’ akibat kelainan neurologis,
serangan epilepsi, atau kelainan struktur saluran kencing.
F98.1 Enkopresis nonorganis
Berak berulang baik
sadar atau tidak, dengan kepadatan normal atau mendekati normal, pada tempat
yang tidak sesuai dengan setting sosiokultural.
F98.2 Feeding
disorder of infancy and childhood
Kelainan pemberian
makanan pada masa bayi atau kanak-kanak kecil.
F98.3 Pica pada bayi dan anak
Memakan zat-zat
bukan makanan (seperti tanah, cat, pecahan kayu, dsb.) secara persisten. Ini
bisa merupakan bagian dari kelainan psikiatrik yang lebih luas (misalnya
autisma), atau tingkah laku psikopatologis terpisah seperti pada klasifikasi
ini.
F98.4 Kelainan gerakan stereotypical
Gerakan sadar,
berulang, stereotype, tanpa fungsi (dan sering berirama) yang bukan bagian dari
keadaan psikiatrik atau neurologis yang dikenal. Gerakan yang tidak
membahayakan diri sendiri antara lain ‘body-rocking’, ‘head rocking’, mencabut
rambut, memutar rambut, ‘finger-flicking’, dan ‘hand-flapping’.
F98.5 Stuttering [stammering] - gagap
Bicara khas dengan
pengulangan atau pemanjangan suara suku kata atau kata, atau oleh seringnya
keraguan atau penghentian yang mengganggu alur irama bicara.
F98.6 Cluttering
Bicara yang cepat dengan gangguan kelancaran,
tapi tidak disertai pengulangan atau keraguan, yang beratnya sampai menyebabkan
pembicaraan tidak bisa dimengerti. Bicara sering salah dan tidak berirama,
dengan getaran-getaran cepat yang biasanya menunjukkan pola kalimat yang tidak
benar.
F98.8 Kelainan emosi dan tingkah laku dengan onset
kanak-kanak dan remaja
F98.9 Kelainan emosi dan tingkah laku dengan onset
kanak-kanak dan remaja
Kelainan tingkah
laku dan emosional yang tidak dijelaskan, dengan onset biasanya di masa kanak-kanak
dan remaja
F99: Kelainan Mental yang Tidak dijelaskan
1 Komentar
terimakasih kak, postingannya sangat membantu.
Balas